Rabu, 25 Mei 2011

Puisi dengan pendekatan Strata Norma Roman Ingarden

1943

Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu teras di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam membelam
Jalan kaku-lurus. Putus
Candu
Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh
Mengaum. Mengguruh
Menentang. Menyerang
Kuning
Merah
Hitam
Kering
Tandas
Rata
Rata
Dunia
Kau
Aku
Terpaku

Karya : Chairil Anwar

Analisis dengan pendekatan Strata Norma Roman Ingarden

1. Lapis Bunyi

Pembahasan lapis bunyi hanyalah ditujukan pada bunyi-bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu bunyi-bunyi yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misalnya pada baris ke-1 pada puisi 1943 ada asonansi a dan aliterasi r (racun berada di reguk pertama) ;di baris ke-2 ada asonansi a dan u ; di baris ke-3 ada asonansi a ; di baris ke-4 ada asonansi a dan aliterasi m (Malam kelam membelam); di baris ke-5 ada asonansi a dan u ; di baris ke-8 ada asonansi a ; di baris ke-9 ada asonansi u ; di baris ke-10 ada asonansi e ; di baris ke-12 ada asonansi u ; di baris ke-15 ada asonansi e ; di baris ke-16 - ke-18 ada asonansi u ; di baris ke-19 ada asonansi e ; di baris ke-24 – ke-26 ada asonansi a. Jadi, dalam analisis lapis bunyi pada puisi 1943 Chairil Anwar, yang paling dominant asonansinya adalah vocal berat a dan u.
Contoh :
Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu teras di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam membelam
Jalan kaku-lurus. Putus

Catatan :

Asonansi : Pengulangan bunyi vokal pada sebuah baris yang sama.

Aliterasi :
1. Pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan.
2. Sajak/rima awal.



2. Lapis Arti

Baris 1-5 menggambarkan suasana yang sangat tidak enak, sangat pahit. Kalau dikaitkan dengan zamannya, suasana tersebut adalah zaman penjajahan Jepang yang penuh kekejaman dan kezaliman. Pahitnya suasana itu seperti racun yang membuat dada terasa seakan busuk, dalam keadaan darah --yang merupakan lambang kehidupan—tak ada lagi karena tenggelam dalam nanah (darah busuk), dalam keadaan “malam kelam membelam” (gelap gulita).



Contoh :
Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu teras di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam membelam
Jalan kaku-lurus. Putus

Pada baris 6-12 penyair mengungkapkan bahwa dirinya hanyut dalam suasana itu, ia hanya pasrah, hanya berdoa; tetapi tak ada hasilnya.
Contoh :
Candu
Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh

Karena dengan hanya menengadahkan tangan tak ada perubahan, penyair pun dengan penuh semangat bangkit memberontak. Meskipun ia tak berdaya, jiwanya tetap tidak menyerah ( baris 13-19).
Contoh :
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh
Mengaum. Mengguruh
Menentang. Menyerang

Namun demikian keadaan tetap tak berubah. Maka penyair pun menyadari bahwa itulah yang sedang dikehendaki Tuhan.


3. Lapis Dunia

Baris 1-5 menceritakan suasana yang sangat tidak enak, sangat pahit. Apabila dikaitkan dengan zamannya, suasana tersebut adalah zaman penjajahan Jepang yang penuh kekejaman dan kezaliman.
Pada baris 6-12 penyair mengungkapkan bahwa dirinya hanyut dalam suasana itu. Pada baris ke 13-19 penyair selalu berdo’a dan penyair pun dengan penuh semangat bangkit memberontak.
Pada baris ke 20-30 penyair menyadari bahwa semua itu telah dikehendaki Tuhan, meskipun penyair telah berdo’a dan penyair pun hanya bisa pasrah.



4. Lapis Metafisis

Suasana yang sangat tidak enak dan sangat pahit. Suasana itu, ia hanya pasrah, hanya berdo’a, tetapi tidak ada hasilnya. Meskipun ia tak berdaya, jiwanya tetap tidak menyerah. Namun demikian keadaan tetap tidak berubah. Maka ia pun hanya menyadari bahwa itulah yang sedang dikehendaki Tuhan.

Contoh :
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar